Tanggungan beban hidup seperti tagihan menumpuk, sewa rumah yang belum dibayar, pekerjaan yang tak ada habisnya merupakan sumber stress, stress dan stress. Mungkin, jika manusia bisa menukarkan stressnya dengan uang, tidak akan pernah ada yang namanya kemiskinan.
Sumber stress bisa ada di mana saja, bahkan remote televisi yang tidak dapat ditemukan pun bisa menjadi salah satu pasalnya.
Lantas sebenarnya, apa itu stress?
Stress adalah gangguan mental yang dihadapi seseorang akibat adanya tekanan berlebih yang berasal dari dalam atau luar diri kita sendiri. Sebenarnya, stres tidak hanya memiliki dampak negatif saja. Ada beberapa orang yang justru tingkat produktivitasnya meningkat tajam ketika stres menyerang.
Sebagai contoh banyak profesional memandang tekanan berupa beban kerja yang berat dan tenggat waktu sedikit sebagai tantangan yang bersifat positif untuk menaikkan mutu pekerjaan mereka dan kepuasan yang mereka dapatkan dari pekerjaan yang telah mereka rampungkan.
Namun walau pun begitu, stress tentu saja lebih banyak memiliki sisi negatif. Dr. James Pennebaker, seorang psikologi asal Amerika mengemukakan sebuah teori, bahwa keputusan untuk merahasiakan pemikiran, emosi, dan perilaku yang sangat kuat dapat menjadi pemicu stress. Untuk waktu yang relatif panjang, saat seseorang mengalami tingkat stress kecil sekalipun, maka kesehatan fisiknya serta fungsi imun akan terpengaruh oleh pemicu stres yang terpendam tersebut. Berawal dari pemahaman inilah akhirnya metode atau gaya menulis ekspresif muncul.
Salah satu cara cepat melepaskan beban stres adalah dengan cara menulis.
Terkadang, tidak selamanya permasalahan atau perasaan kita bisa di ungkapkan secara gamblang. Terlebih ketika kita tidak memiliki seseorang yang bersedia mendengarkan. Nah, dari sana kita bisa menuliskan keluh kesah kita ke dalam sebuah tulisan.
Dalam kasus yang berat pun, manfaat menulis bisa dirasakan sangat membantu. Karen Baikie, seorang clinical psychologist dari University of New South Wales memaparkan bahwasannya menuangkan aneka peristiwa penuh tekanan dan emosi yang menimbulkan bekas traumatik dalam bentuk tulisan bisa memperbaiki kesehatan fisik dan mental seseorang.
Menurut Ray Bradburry yang merupakan seorang budayawan besar Amerika Serikat, “anda harus menulis dan menyingkirkan sekian banyak materi sampah sebelum anda akhirnya merasakan suasana yang nyaman”. Dari sanalah kita dapat menyimpulkan, bahwa menulis bukanlah kegiatan biasa. Karena ternyata menulis itu mempunyai segudang manfaat bagi kesehatan.
Beruntunglah orang-orang yang memiliki hobi menulis, selain mereka bisa mengekspresikan apa yang ada pada diri mereka. Secara tidak langsung mereka juga telah memiliki benteng yang menghalau banyak penyakit dari tubuh mereka.
Selain itu, dengan menulis kita bisa menstimulus otak kiri yang berkaitan dengan analisis dan rasional. Hal itu juga berhubungan dengan otak kanan yang akan dengan bebas menciptakan intuisi.
Sederhananya, menulis bisa menyingkirkan hambatan mental kita dan memungkinkan kita menggunakan semua daya otak untuk memahami diri sendiri, orang lain, serta dunia sekitar dengan lebih baik.
Itulah sebabnya, anak-anak dianjurkan untuk menulis buku harian. Karena dengan demikian, anak-anak mampu mengungkapkan emosi yang tidak selamanya bisa mereka sampaikan kepada orang tua.
“Menulis adalah suatu cara untuk bicara, suatu cara untuk berkata, suatu cara untuk menyapa—suatu cara untuk menyentuh seseorang yang lain entah di mana. Cara itulah yang bermacam-macam dan di sanalah harga kreativitas ditimbang-timbang.” ― Seno Gumira Ajidarma.
Banyak cara untuk memulai menulis bagi orang-orang yang pada dasarnya tidak memiliki kebiasaan tersebut. Salah satunya adalah dengan meluangkan waktu sedikit saja di depan kertas dan juga alat tulis. Biarkan pikiranmu mengalir, dan beri kesempatan tanganmu untuk menari di atas kertas sesuai dengan apa yang ia inginkan.
Jadi, selamat mencoba.
Sumber: wikipedia, depokpos dan sumber-sumber lainnya