Ketika bangsa ini dihancurkan oleh segelintir orang, dengan mengatasnamakan kepentingan rakyat mengeksploitasi dan memeras kekayaan nageri ini tanpa pandang bulu, ada sebagian masyarakat kita yang tetap konsisten memilih berkarya dengan menjadi pengusaha, yang tentunya pengusaha dengan track record anti kemapanan dan tidak mengandalkan kedekatan dengan pemerintah, atau bahasa kerennya pengusaha kelas mie instant.
Tidak mudah memang, ketika tingkat perekonomian yang awalnya demikian tangguh, secara tiba-tiba harus turun ke nadir terendah dalam sejarah perekonomian bangsa ini. Semua lapisan masyarakat hanya tinggal diam, dan ribut mencari kambing hitam atas terjadinya krisis ekonomi di tahun 1998.
Namun bagi kalangan entrepreneurship, apapun kondisinya, selalu saja ada ide-ide kreatif untuk tetap menjalankan bisnisnya. Dan atas peran merekalah bangsa ini sedikit demi sedikit keluar dari krisis multi dimensi. Namun demikian, jumlah mereka tidaklah banyak dan layak dilestarikan masih kurang bila dibandingkan jumlah penduduk kita yang sudah melampaui kisaran angka 220 juta.
Untuk itu, perlu kiranya dilakukan berbagai pemberdayaan dan upaya mendorong terciptanya masyakat yang entrepreneurship di masa mendatang. Bukannya masyarakat yang terlena dengan gaya hidup makan gaji bulanan, dan bukan masyarakat yang hanya menuntut dibukanya lapangan kerja baru, tanpa ada usaha untuk menciptakan lapangan kerja itu sendiri.
Dan dengan semakin bertambahnya jumlah masyarakat yang melek internet, rasa-rasanya akan mudah bermunculan pengusaha-pengusaha baru dari golongan internet community, yang biasa kita sebut sebagai Netpreneur, yang merupakan kepanjangan dari internet entrepeneur. Di tangan merekalah devisa negara ini tidak hanya didapat dengan meng-ekspor rakyat ke negara manca sebagai tenaga murahan kasar. Ditangan merekalah diharapkan dollar berdatangan ke negeri ini. Semoga….